Dzata Bahjah Ala Syarhit Tuhfah - Menyelami Keindahan Matan Tuhfatul Athfal Karya Syekh Sulaiman al-Jamzuriy
Dzata Bahjah Ala Syarhit Tuhfah
Menyelami Keindahan Matan Tuhfatul Athfal
Karya Syaîkh Sulaimân al-Jamzûrîy
Menyelami Keindahan Matan Tuhfatul Athfâl Karya Syaîkh Sulaimân al-Jamzûrîy Allah –ta’âlâ– menurunkan Al-Qur’an dengan tata cara baca yang spesil, yakni dengan tajwîd yang musti diamalkan dalam membacanya. Al-Imâm Ibnul Jazarîy (w. 833 H) berkata dalam Muqaddimah-nya, “Dan mengamalkan tajwid adalah suatu keharusan, barang siapa yang tidak mentajwidkan Al-Qur’an maka ia telah menyalahi aturan periwayatan dikarenakan Allah menurunkan Al-Qur’an dengan tajwid dan demikianlah tata cara baca yang sampai kepada kita.” Lantas bagaimana bacaan bertajwid itu dan bagaimana caranya agar dapat mentajwidkan bacaan Al-Qur’an kita? Maka hakikat bacaan bertajwid itu hanya bisa didapatkan dengan cara talaqqi wal musyâfahah dan juga memperdalam tata cara bacanya secara teori, salah satunya dengan mempelajari matan “Tuhfatul Athfâl”
Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan penjelasan komprehensif pada matan Tuhfatul Atfhâl, yakni karya sastra berbentuk sya’ir berjumlah 61 bait karya Syekh Sulaimân al-Jamzûrîy –rahimahullah– (w. 1227 H) yang berisi kaidah-kaidah tajwid dasar, yakni hukum nûn sâkinah dan tanwîn, hukum nûn dan mîm ber-tasydîd, hukum lâm ta’rîf dan lâm fi’il, hukum pertemuan dua huruf yang mutamâtsilâin, mutaqâribaîn, dan mutajânisaîn, dan permasalahan pada hukum madd yang banyak dikaji untuk kalangan pemula dan anak-anak di pondok pesantren, madrasah, dan sekolah-sekolah di Indonesia secara khusus dan di seluruh wilayah kaum muslimin di seluruh dunia secara umum. Tidak hanya pemula dan anak-anak, bahkan matan ini pun sangat layak dikaji untuk lintas usia dan kalangan yang telah mahir.
Perlu diketahui bahwa tidak semua pembahasan ilmu tajwid dibahas dalam matan ini sehingga pensyarah memberikan beberapa pembahasan tambahan yang dibahas secara ringkas terkait apa-apa saja yang belum dibahas seperti makhârijul hurûf, shifatul hurûf, permasalahan tafkhîm dan tarqîq, sukûn dan harakat, dan juga permasalahan waqf dan ibtidâ untuk melengkapinya. Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar